Weekly Perspective 13 Mei 2019
|
|
Harapan damai dagang muncul, menyusul surat Xi Jinping untuk Trump |
Global Macro Economy Setelah konflik ketegangan perdagangan AS-Tiongkok minggu lalu, pasar akhirnya mendapat angin segar. Presiden Trump mengaku telah menerima surat dari President Xi Jinping yang isinya secara garis besar adalah ‘ajakan untuk bekerja sama dan mengupayakan apa yang bisa dicapai’. Menanggapi hal tersebut, regional pasar Benua Kuning dibuka di zona hijau di hari Jumat (10/5/2019) bersamaan dengan kedatangan delegasi Tiongkok di Washington. Sebagai pengingat, mulai Jumat minggu lalu, AS efektif mengenakan 25% tarif terhadap $200 miliar impor dari Tiongkok.
|
Federal Defisit neraca dagang AS-Tiongkok sudah mencapai level terendahnya dalam lima tahun |
Berdasarkan rilis data perdagangan bulan Maret 2019, posisi defisit neraca perdagangan AS dengan Tiongkok berada di level $419 miliar, terendah sejak Maret 2014. Ekspor ke Tiongkok termasuk kedelai naik drastis 23,6% sementara impor turun 6,1%. Hal ini memperlihatkan bahwa efek ketegangan dagang dan perkembangan perundingan telah mengubah figur neraca perdagangan kedua negara tersebut. Sebagai informasi, jika 2018 lalu AS mengenakan 10% tarif terhadap $250 miliar impor Tiongkok, minggu lalu AS mulai memberlakukan 25% tarif pada $200 miliar ekspor dan memulai paperwork untuk mengenakan 25% tarif pada $325 miliar tambahan impor. |
BI, single holder terbesar obligasi pemerintah RI, terlihat melakukan intervensi di pasar sekunder. |
Domestic Macro Economy Aksi beli obligasi pemerintah oleh Bank Indonesia (BI) memberikan sedikit angin segar di tengah aksi jual oleh asing. Kali ini, BI banyak membeli obligasi dengan jatuh tempo 5 dan 10 tahun. Intervensi BI ini merupakan bagian dari twin operation – dimana BI akan melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi. BI berhasil menahan yield 10 tahun di level 8,03%. Intervensi ini telah mendorong kepemilikan BI di pasar obligasi menjadi Rp 213,5 triliun (5,8% dari total outstanding). |
Tercatat defisit $7 miliar, CAD berada di level 2,6% PDB |
Data ekonomi kuartalan telah selesai dirilis. Minggu lalu BPS mengumumkan data pertumbuhan ekonomi dan defisit transaksi berjalan (Current Account Decificit – CAD). Posisi CAD 1Q2019 tercatat di defisit $7 miliar (vs ekspektasi pasar defisit $6 miliar). Angka ini setara dengan 2,6% dibandingkan dengan ekonomi Indonesia. Perbaikan pada neraca perdagangan di-offset dengan defisit di primary income (bunga, dividen). Meskipun sebentar, pasar sempat terkoreksi karena figur CAD yang di bawah ekspektasi mengkonklusikan seluruh data kuartal I yang tidak terlalu menggairahkan – seperti data pertumbuhan ekonomi dan earning perusahaan. Secara keseluruhan, neraca pembayaran (Balance of Payment – BoP) mencatatkan surplus $2,4 miliar (vs $5,4 miliar di 4Q2018) karena adanya aliran dana asing masuk di portofolio asset finansial Indonesia. Berkaca dari pola historis, CAD akan melebar di kuartal II.
|
IHSG di level 6.209 |
Equity Market Pada minggu lalu IHSG melanjutkan pelemahan sebesar -1,75% WoW ke level 6.209. Asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp 3,03 triliun. Semua sektor mengalami koreksi, kecuali Barang Konsumsi (+1,55%). Sektor dengan pelemahan terbesar adalah Pertambangan (-4,39%); Agrikultur (-2,87%); dan Keuangan (-2,86%). HMSP (+4,46%); TPIA (+7,80%); dan GGRM (+3,13%) menjadi leaders, sementara BBRI (-5,9%); BBNI (-7,0%); dan BMRI (-2,30%) menjadi laggards pada perdagangan minggu lalu. |
Yield SUN 10 tahun mengalami kenaikan 12bps ke 8,0% |
Bonds Market SUN 10 tahun mengalami kenaikan yield sebesar 12bps ke 8,0% pada minggu lalu. Yield Indo USD 9 tahun juga naik 7bps ke level 3,82%, di tengah penurunan US Treasury 10 tahun sebesar 6bps ke 2,47%. Asing mencatatkan outflow Rp0,7 triliun pada pasar obligasi minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing untuk stabil di 38,3%. BINDO mencatatkan penurunan -0,51% WoW. |
Sumber: Bloomberg, Principal-ID |