Weekly Perspective 20 Agustus 2019
|
|
|
|
•Pertama kali dalam 12 tahun, imbal hasil yang terbalik (yield curve inversion ) antara US Treasury 2 dan 10 tahun terjadi minggu lalu! Yield curve inversion terjadi ketika tingkat imbal hasil jangka pendek lebih besar dibandingkan imbal hasil jangka panjangnya, sehingga fenomena ini sering diartikan sebagai indikator adanya resesi. Secara historis, yield curve inversion telah memprediksi lima kontraksi ekonomi AS sejak tahun 1980. Trump menyebutnya “crazy inverted” dan menyalahkan Fed untuk fenomena ini.
•Inverted Yield Curve di Inggris. Tidak hanya AS, pasar Inggris pun mengalami fenomena yang sama. Dua hal ini mendorong volatilitas di pasar saham minggu lalu.
|
|
Global •Pasar Asia dibuka menguat pagi ini, menunggu rilis minutes of meeting dari pertemuan FOMC. Katalis positif juga datang dari Jerman dan Tiongkok. Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz, mengatakan bahwa Berlin memiliki cukup amunisi, hingga mencapai EUR 50 miliar (USD 55 miliar) ekstra belanja negeri, mengindikasikan bahwa Jerman memiliki fiskal yang kuat untuk mengantisipasi krisis ekonomi.
•Dari Asia, Sabtu lalu Tiongkok siap untuk memangkas lending rate untuk mendorong ekonominya di tengah ketegangan dagang mereka dengan AS.
|
|
Domestic •APBN yang cukup prudent. Pemerintah mengeluarkan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk tahun 2020. Pertumbuhan PDB ditargetkan sebesar 5,3% dan inflasi 3,1%. Asumsi penting lainnya, yaitu harga minyak sebesar $65/barrel, dan level USD/IDR di Rp14.400. Untuk anggaran, target defisit anggaran sebesar 1,76% cukup konservatif dibandingkan posisi 1,93% untuk tahun 2019. Bantuan sosial ditingkatkan sebesar Rp385tr sedangkan anggaran infrastruktur naik menjadi Rp405tr. Pemerintah juga ingin mendorong perkembangan SDM dengan mengalokasikan Rp10tr untuk Program Kartu Prakerja dan memperluas akses untuk edukasi dan beasiswa.
•Target Kredit OJK 12%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 12% untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi tahun 2020. OJK yakin bahwa sektor keuangan mempunyai kapasitas yang cukup untuk mendukung pembiayaan ke berbagai sektor untuk memberikan pertumbuhan berkualitas dan memperluas lapangan kerja. Target ini kurang lebih sama dibanding dengan 11-13% target kredit pada tahun 2019.
|
|
The Next Big News Are… •Cabinet of Ministers, Will It Be a Surprise? Setelah APBN 2020 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus lalu, kita masih menunggu susunan kabinet menteri yang semestinya diumumkan dalam waktu dekat ini. Apakah kabinet berikutnya akan diisi dengan para profesional ataukah hasil kompromi koalisi?
•Ibukota Negara di Kalimantan? Pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke salah satu daerah di Kalimantan masih akan menjadi perdebatan sengit. Walaupun anggaran tahun 2020 yang baru diumumkan masih belum memuat biaya perpindahan tersebut, namun tampaknya pemerintah cukup serius untuk mewujudkan ide tersebut.
•China inclusion dalam MSCI. Setelah masuknya China pada bulan Februari, bulan Agustus ini kita akan lihat lanjutan masuknya porsi China dalam hitungan MSCI. Peristiwa ini akan menyebabkan berkurangnya porsi negara-negara lain secara proporsional hingga porsi akhir China akan mencapai 2,46% pada MSCI Emerging Market. Kita memperkirakan akan terjadi volatilitas hingga menjelang efektivitas indeks tesebut pada tanggal 27 Agustus.
|
|
Implication To Our Strategy
•Budget Cukup Realistis, Reaksi Pasar Modal Positif. Kami melihat anggaran yang diumumkan minggu lalu cukup realistis, terutama konfirmasi terhadap komitmen pemerintah dalam hal infrastruktur dan subsidi yang masih cukup positif.
•Better Macro Economy Data Ahead. Kami masih memandang outlook pasar modal ke depan cukup positif walaupun hasil laporan keuangan emiten di semester I masih banyak di bawah ekspektasi. Namun dengan melihat perbaikan pada data trade balance dan Rupiah yang cukup stabil, kami masih positif melihat pasar modal ke depan.
•Asset Allocation is a Key. Menyiasati volatilitas cukup tinggi, kami melakukan alokasi asset yang cukup aktif antara alokasi kas, saham, dan obligasi. Serta memanfaatkan volatilitas dengan beberapa aktivitas trading yang lebih aktif.
|
|
Trading Corner
Equity Market •Volatile One Week. Menjelang diumumkannya RAPBN 2020, pasar saham cuku volatile. Minggu lalu IHSG tutup di zona hijau, tutup di level 6.278 walaupun adanya penurunan kepemilikan asing sebesar Rp2,6tr (USD186mn). Sektor yang mengalami kenaikan signifikan termasuk Properti & Konstruksi +3,95%, Konsumen +2,19% dan Agrikultur +0,86% sedangkan yang mengalami penurunan yaitu Aneka Industri -3,61%, Keuangan -1,20% dan Pertambangan -1,02%.
Bonds Market •UST Tembus 1,5%. SUN 10 tahun mengalami kenaikan yield sebesar 10bps ke 7,42% sepanjang minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun turun 13bps ke level 2,98%, sejalan dengan penurunan yield US Treasury 10 tahun sebesar 19bps ke 1,55%.
•High Foreign Ownership. Asing mencatatkan inflow sebesar Rp300bio pada obligasi pemerintah minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing naik ke level 38,5%. BINDO turun -0,06% week on week.
|
|