Weekly Perspective 22 July 2019
|
|
Saling menyita kapal tanker, ketegangan di Teluk Persia terus memanas dan memicu kenaikan harga minyak |
Global Macro Economy minyak mentah kembali naik di hari Minggu menyusul kabar bahwa kaHargapal tanker milik Inggris disita oleh militer Iran akhir pekan lalu. Pihak Iran menyatakan bahwa mereka menyita kapal tanker milik Inggris atas dasar pembalasan – karena Inggris telah menyita kapal Iran awal bulan lalu. Perdana Menteri Inggris, Theresa May, akan memimpin rapat darurat hari ini. Dalam kesempatan lain pun AS akan menghancurkan drone Iran jika mereka mendapati benda tersebut terbang terlalu dengan kepal-kapal AS. Secara umum, kondisi pasar minyak dunia saat ini adalah adanya penurunan permintaan karena outlook pertumbuhan ekonomi yang memang easing. Kenaikan pasokan minyak mentah di Amerika Serikat pun sebenarnya cukup menambah pandangan yang bearish terhadap harga minyak. Akan tetapi, hal sebaliknya dapat terjadi jika ketegangan terus terjadi di Teluk Persia.
|
Perusahaan-perusahaan di Tiongkok mulai mencari produk pertanian AS |
Beberapa perusahaan di Tiongkok mulai menghubungi eksportir dari Amerika Serikat untuk membeli produk-produk pertanian. Hal ini terkait dengan upaya Tiongkok untuk menghilangkan tambahan tarif barang ekspor dari negara tersebut seperti yang disyaratkan oleh AS. Konsensus ini telah disepakati kedua belah pihak pada pertemuan G20 di Osaka bulan lalu dengan harapan untuk mengakhiri ketegangan perniagaan. Resiprokal terjadi dari pihak AS, dimana mereka menghapus tambahan tarif untuk 110 macam barang industri yang diimpor dari Tiongkok serta menghimbau perusahaan AS untuk tetap memasok barang untuk perusahaan Tiongkok.
|
Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dari 6,0% menjadi 5,75%. |
Domestic Macro Economy Bank Indonesia pada 18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Kebijakan moneter ini dilaksanakan seiring dengan rendahnya inflasi dan perlunya untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali. Strategi tersebut juga diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif
|
Realisasi fiskal defisit mencapai 0,84% dari PDB atau Rp136trn untuk periode Jan-Jun 2019 |
Realisasi defisit fiskal mencapai Rp136trn atau 0,84% dari PDB untuk periode Jan-Jun 2019, meningkat dibanding dengan RP111trn atau 0,75% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan dan hibah pemerintah tumbuh 8% YoY lebih lambat dari 10% YoY kenaikan total pengeluaran pemerintah. Kementrian Keuangan memperkirakan defisit fiscal untuk tahun 2019 akan mencapai 1,93% dari PDB lebih tinggi dibandingkan target 1,84% seperti yang tertuang di APBN 2019.
|
IHSG di level 6.457 |
Equity Market Pada minggu lalu IHSG menguat 1,31% di level 6.457 di tengah aksi jual asing sebesar Rp 652 miliar. Sektor dengan penguatan terbesar dialami oleh Industri Dasar (+4,77%); Barang Konsumsi (+3,45%); dan Infrastruktur (+1,76%). Sementara itu pelemahan terdalam tercatat di sektor Aneka Industri (-3,63%) dan Agrikultur (-1.32%). BBCA (+3,16%); TPIA (+17,71%); dan HMSP (+3,96%) menjadi leaders, sementara ASII (-4,70%); BMRI (-2,48%); dan BBNI (-3,26%) menjadi laggards. |
Yield SUN 10 tahun kembali turun 6bps ke 7,15% |
Bonds Market SUN 10 tahun kembali mengalami penurunan yield sebesar 6bps ke 7,15% pada minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun turun 10bps ke level 3,17%, seiring dengan penurunan yield US Treasury 10 tahun ke 2,06%. Asing mencatatkan inflow Rp11,4triliun pada pasar obligasi minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing naik ke level 39,3%. BINDO mencatatkan penguatan +0,43% wow. |
Sumber: Bloomberg, Principal-ID |