Weekly Perspective 22 April 2019
|
|
Trade War season 2? AS dan Uni Eropa bertemu membahas perdagangan bilateral |
Global Macro Economy 28 negara Uni Eropa memberi lampu hijau kepada European Commission untuk melakukan negosiasi dagang dengan AS. Bermula dari tahun lalu saat AS mengenakan tarif untuk baja dan aluminium dari Eropa, Brussels membalas dengan bea cukai pada sejumlah impor dari AS. Dari pertemuan Juli 2018, mereka sepakat bahwa tidak ada tarif tambahan. Akan tetapi, beberapa waktu yang lalu Mendag AS memberi lampu hijau kepada Presiden Trump terkait tarif terhadap impor auto dari Eropa. EU mengancam untuk mengenai tarif terhadap handbag; helikopter; dan kacang hazel senilai $20 miliar. Sumber: Bloomberg, CPAM |
Defisit neraca dagang AS dengan Tiongkok berkurang 28% di bulan Februari. |
AS melaporkan neraca dagang bulan Februari 2019 defisit $49,4 miliar – terkecil sejak Juni 2018. Dalam laporan tersebut terlihat bahwa defisit neraca dagang dengan Tiongkok berkurang 28,2% seiring dengan kenaikan ekspor armada pesawat terbang. Ekspor AS ke negara tersebut tumbuh $1,6 miliar ke $9,2 miliar sementara impor turun $1,5 miliar menjadi $39,3 miliar – menjadikan neraca dagang AS ke Tiongkok defisit $30,1 miliar. Laporan bulan ini memberikan insight kepada ekonom di Wall Street terkait pertumbuhan ekonomi AS 1Q2019 yang diekspektasikan dapat di atas 2% per tahun. |
Industri mobil nasional lesu: penjualan mobil 1Q2019 turun 13,1% |
Domestic Macro Economy Dikutip dari rilis data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), tercatat penjualan mobil dari pabrikan ke dealer sepanjang kuartal I 2019 hanya 253.863n unit, atau turun 13,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan seperti ini diprediksi masih akan terjadi di kuartal II mendatang karena banyaknya hari libur. Sebagai informasi, Gaikindo menargetkan penjualan mobil sebesar 1.100.000 unit sepanjang tahun 2019. Dari segi merek, Toyota masih menopang penjualan mobil nasional.
Sumber: Bloomberg, CPAM |
Volume ekspor kelapa sawit Indonesia ke Eropa masih tumbuh |
Ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil – CPO) Indonesia ke Eropa secara volume masih tumbuh di tengah Renewable Energy Directive II (RED II). Meskpiun demikian, harga jual CPO turun dan meng-counter efek kenaikan volume sehingga nilai ekspor dalam Dolar tetap menurun. Penurunan terbesar terjadi di pengiriman ke negara Belanda (-39%) disusul oleh pengiriman ke negara Inggris (-22%). Sampai saat ini, kampanye hitam (negative campaign) dan konflik mewarnai RED II. Bulan lalu, Uni Eropa merumuskan RED II yang menyebutkan bahwa CPO merupakan komoditas yang tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi, serta merusak hutan. Jika negosiasi Indonesia dengan Benua Biru tersebut gagal, maka Indonesia akan menempuh jalur hukum melalui organisasi perdagangan dunia (WTO, PBB).
|
IHSG di level 6.507 |
Equity Market Pada minggu lalu IHSG menguat sebesar +1,58% WoW ke level 6.507 di tengah masuknya dana asing ke pasar saham sebesar IDR 0,5tn. Seluruh sektor mengalami penguatan, kecuali Pertambangan (-0,82%) dan Perdagangan (-0,08%). Sektor dengan penguatan terbesar adalah Konstruksi (+4,52%); Aneka Industri (+4,26%); dan Keuangan (+2,34%). BMRI (+6,48%); BBRI (+3,48%); dan ASII (+5,02%) menjadi leaders, sementara BDMN (-12,5%); INKP (-6,5%); dan ACES (-7,9%) menjadi laggards pada perdagangan bursa minggu lalu. |
Yield SUN 10 tahun mengalami penurunan 10bps ke 7,58% |
Bonds Market SUN 10 tahun mengalami penurunan yield sebesar 10bps ke 7,58% pada minggu lalu. Yield Indo USD 9 tahun mengalami penurunan 2bps ke level 3,87%, sejalan dengan US Treasury 10 tahun yang mengalami penurunan 1bps ke 2,56%. Asing mencatatkan outflow Rp15,7 triliun pada pasar obligasi minggu lalu karena jatuh tempo FR69, hal ini membawa kepemilikan asing untuk naik ke 38,5%. BINDO mencatatkan kenaikan +0,58% WoW. |
Sumber: Bloomberg, PT. CPAM |