Weekly Perspective 13 Agustus 2019
|
|
|
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi, turun 0,2% QoQ. Ekonomi Inggris belum mengalami kontraksi sejak tahun 2012 |
Global Macro Economy FEkonomi Inggris menyusut pada kuartal kedua untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh tahun karena aktivitas melambat dan ketidakpastian Brexit meningkat terhadap latar belakang pertumbuhan global yang lebih lemah. Output turun 0,2 persen (QoQ) dalam tiga bulan hingga Juni, lebih buruk dari kinerja yang diharapkan oleh para ekonom dan turun dari ekspansi 0,5 persen pada kuartal pertama, menurut data dari Kantor Statistik Nasional. Ekonomi Inggris belum mengalami kontraksi sejak tahun 2012 dan lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan di negara-negara berkembang lain seperti Uni Eropa, Amerika dan Jepang yang masih membukukan pertumbuhan sebesar 0,2%-0,5%. Hal ini juga menyebabkan harga poundsterling turun 0,6% terhadap USD ke level $1,21% dan 0,7% terhadap Euro ke level €1,07.
|
Tiga Bank Sentral yakni India, Thailand, dan Filipina serentak menurunkan suku bunga acuan mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. |
Beberapa minggu terakhir kita melihat perkembangan regional dimana banyak Bank Sentral melakukan aksi stimulus dengan menurunkan suku bunga. Pertama, Bank Sentral India menurunkan suku bunga acuan sebesar 35bps ke level 5,4% (terendah sejak 2010), penurunan keempat kalinya pada tahun ini untuk mendorong pertumbukan ekonomi. Kedua, hal serupa juga dialami di oleh Bank Sentral Thailand dimana mereka menurunkan suku bunga sebesar 25bps menjadi 1,5% dengan alasan yang serupa. Ketiga, Bank Sentral Filipina juga menurunkan suku bunga sebesar 25bps menjadi 4,25%. Hal ini terjadi seiring karena adanya ekspektasi penurunan ekonomi global yang terjadi akibat eskalasi perang degang dan pelemahan konsumsi. |
Melebihi 3% PDB, CAD kuartal II berhasil mengerek BoP ke zona defisit. |
Domestic Macro Economy Neraca Pembayaran (Balance of Payment) 2Q2019 tercatat defisit $1,98 miliar (vs 1Q2019 di surplus $2,40 miliar). Defisit neraca pembayaran kali ini utamanya disebabkan oleh melebarnya CAD dari -$7,0 miliar di 1Q2019 menjadi -$8,4 miliar di 2Q2019. Bank Indonesia menjelaskan bahwa melebarnya CAD kuartal II disebabkan oleh repatriasi dividen, pembayaran bunga untuk utang luar negeri, serta imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan turunnya harga komoditas ekspor Indonesia. Katalis positif masih dari surplus di Transaksi Finansial sebesar $7,05 miliar, dimana investasi langsung (FDI) naik dari kuartal sebelumnya $5,27 miliar menjadi $5,39 miliar. |
Ekspansi ekonomi Indonesia flattish, pertumbuhan konsumsi masih solid. |
PDB Indonesia kuartal II 2019 tercatat tumbuh +5,05% YoY, turun dari kuartal sebelumnya +5,07% YoY. Konsumsi tumah tangga, masih sebagai kontributor terbesar ~56% PDB, mencatatkan ekspansi +5,17% YoY – lebih tinggi dari kuartal I lalu. Sementara itu, aktivitas investasi tumbuh +5,01% YoY. Secara output industri, pertumbuhan Industri Jasa bersinar di +9,94% YoY, disusul oleh sektor Kesehatan di +9,09% YoY.
|
IHSG di level 6.282 |
Equity Market Pada minggu lalu IHSG terkoreksi -0,92%, tutup di level 6.282 di tengah aksi jual asing sebesar Rp3,04 triliun. Sektor Agrikultur (+2,58%); Industri Dasar (+1,02%); dan Pertambangan (+0,61%) menguat paling banyak. Sementara itu, sektor dengan pelemahan terdalam dialami oleh Aneka Industri (-3,09%); Keuangan (-1,88%); dan Perdagangan & Jasa (-1,35%). Untuk saham individual, TPIA (+10,19%); ICBP (+4,15%); dan ANTM (+18.33%) menjadi leaders, sementara BBRI (-2,7%); BBCA (-1,6%); dan ASII (-4,2%) menjadi laggards. |
Yield SUN 10 tahun turun 25bps ke 7,32% |
Bonds Market
SUN 10 tahun mengalami penurunan yield sebesar 25bps ke 7,32% pada minggu lalu. Sementara itu, Yield Indo USD 9 tahun juga turun 7bps ke level 3,11%, sejalan dengan penurunan yield US Treasury 10 tahun ke 1,74%. Asing mencatatkan outflow Rp13,7 triliun pada obligasi pemerintah minggu lalu, hal ini membawa kepemilikan asing turun ke level 38,7%. BINDO mencatatkan penguatan +0,91% week on week. |
Sumber: Bloomberg, Principal Indonesia |